Pondok pesantren tak hanya merupakan pusat kajian Islam. Pada
zaman kolonial, pesantren juga menjadi salah satu benteng pertahanan
umat Islam. Salah satu pesantren bersejarah adalah Pondok Pesantren
Jamsaren di Solo, Jawa Tengah. Ponpes ini dikenal sebagai pondok tertua
di tanah Jawa.
Ponpes Jamsaren berada di Jalan Veteran 263, Kecamatan Serengan, Solo. Semula pondok yang
didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV ini hanya berupa surau kecil. Namun, pada tahun 1750, Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakubuwono IV mendatangkan sejumlah ulama untuk menjadikan surau ini sebagai pusat syiar Islam.
Seiring berjalan waktu berdatangan-lah para ulama tersebut, di antaranya Kiai Jamsari dari Banyumas. Nama Ponpes Jamsaren pun diambil dari nama kediaman Kiai Jamsari yang terus diabadikan hingga kini.
Ponpes Jamsaren berada di Jalan Veteran 263, Kecamatan Serengan, Solo. Semula pondok yang
didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV ini hanya berupa surau kecil. Namun, pada tahun 1750, Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakubuwono IV mendatangkan sejumlah ulama untuk menjadikan surau ini sebagai pusat syiar Islam.
Seiring berjalan waktu berdatangan-lah para ulama tersebut, di antaranya Kiai Jamsari dari Banyumas. Nama Ponpes Jamsaren pun diambil dari nama kediaman Kiai Jamsari yang terus diabadikan hingga kini.
Dalam sejarahnya,
pondok ini sempat vakum selama hampir 50 tahun, yaitu antara tahun 1830
hingga tahun 1878. Menurut Haji Mufti Addin, Lurah Ponpes Jamsaren,
vakumnya pondok karena para kiai dan santri saat itu turut berjuang
bersama Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Hingga sekitar tahun 1878,
datang Kiai Haji Idris dari Klaten yang akhirnya membangun surau dan
menghidupkannya kembali pondok.
Hingga kini, Ponpes Jamsaren masih kokoh berdiri mengasuh sekitar 600 santri. Mereka tidak hanya datang dari Solo dan sekitarnya, tapi juga dari Tegal, Semarang, Banten, Jombang dan Mojokerto.
Materi yang diajarkan adalah kitab-kitab al Islam berbahasa Arab yang diterjemahkan dalam bahasa Jawa Pegon atau bahasa Jawa yang disesuaikan dengan susunan bahasa Arab.
Pondok ini telah menghasilkan banyak kiai yang belakangan mendirikan ponpes terkenal. Sebut saja Kiai Dimyati, pendiri Ponpes Tremas, Pacitan. Ada juga Kiai Abdul Hadi Zahid, pendiri Ponpes Langitan dan Kiai Haji Zarkasyi, pendiri Ponpes Gontor. Bahkan, mantan Menteri Agama Munawir Sadzali, mantan Ketua MPR Amien Rais dan Kiai Haji Hasan Ubaidah, pendiri LDII, juga lulusan Ponpes Jamsaren.(DSY)
Hingga kini, Ponpes Jamsaren masih kokoh berdiri mengasuh sekitar 600 santri. Mereka tidak hanya datang dari Solo dan sekitarnya, tapi juga dari Tegal, Semarang, Banten, Jombang dan Mojokerto.
Materi yang diajarkan adalah kitab-kitab al Islam berbahasa Arab yang diterjemahkan dalam bahasa Jawa Pegon atau bahasa Jawa yang disesuaikan dengan susunan bahasa Arab.
Pondok ini telah menghasilkan banyak kiai yang belakangan mendirikan ponpes terkenal. Sebut saja Kiai Dimyati, pendiri Ponpes Tremas, Pacitan. Ada juga Kiai Abdul Hadi Zahid, pendiri Ponpes Langitan dan Kiai Haji Zarkasyi, pendiri Ponpes Gontor. Bahkan, mantan Menteri Agama Munawir Sadzali, mantan Ketua MPR Amien Rais dan Kiai Haji Hasan Ubaidah, pendiri LDII, juga lulusan Ponpes Jamsaren.(DSY)
source: metrotv
0 komentar